Suatu hari seorang ayah dan anak laki-lakinya menggembara bersama dengan seekor keledai. Orang-orang yang melihat mereka lantas bergosip tentang betapa bodohnya ayah dan anak itu. Punya hewan peliharaan, tapi kok tak dinaiki.
 |
Kisah Dua Beranak dan Seekor Keledai |
Lantas sang anak berpikir keras. Ia lalu membiarkan sang ayah menaiki keledai. Melihatnya orang-orang mulai mencibir sang Ayah sebagai tak tahu diri. Sang anak dibiarkan berjalan hingga kelelahan, sementara si ayah enak-enak duduk.
Dari kisah diatas, kita dapat mengambil hikmah untuk lebih mendengarkan apa kata hati. Padahal kalau dipikir-pikir mau gimana juga itu urusan mereka berdua. Toh keledai itu benar milik mereka. Ngapain juga orang-orang repot memedulikan siapa menunggangi siapa. Kenyinyiran orang-orang seolah-olah tak pernah habis.
 |
Source: Quotlr |
Kita tidak akan pernah memuaskan semua orang. Di dunia ini ada lebih kurang 7,5 miliar manusia. Kesemuanya memiliki sifat dan karakter sendiri-sendiri. Mereka juga punya opini yang berbeda-beda. Kita yang hanya sekecil debu, bagaimana bisa mengontrol pembicaraan mereka semua?
Niat yang baik kadang bisa dinilai buruk menurut pemahaman orang-orang. Bila kita terus-menerus mendengarkan apa kata mereka, maka kita tidak akan pernah bisa berbuat baik. Jadi tetapkan tujuan dalam diri kalau kita melakukan hal itu untuk berbuat baik.
 |
Source: Kindness.org |
Saat mendengar cibiran dari orang-orang itu tandanya mereka memperhatikan apa yang kita lakukan. Jangan pernah mudah tersinggung dengan opini orang lain. Itu sah-sah saja. Kita pun bebas beropini tentang suatu hal. Selama itu tidak membahayakan diri, anggap saja seperti hmm… anjing menggonggong kafilah berlalu. 🙂
Benar mba jangan mudah tersinggung tapi apa daya apa yang dibicarakan bukan fakta malah fitnah ini yang bikin kesel hahaha…
kalo lagi kesel ademin pake dzikrullah saja mbak 🙂
Benar, kita hanya perlu menjadi katak tuli ketika orang-orang asyik mencibir. hhee
jangan jadi kodok tuli juga kali. -_-
hehe… cukup jadi manusia yg bisa memfilter mana baik dan buruk 🙂