“Sumatra Selatan itu kaya banget loh warisan budayanya. Pas merantau ikut suami tahun 2012, saya melihat kebanyakan yang populer itu kain-kain tradisionalnya saja. Jarang ada yang fokus mengangkat kerajinan perhiasan modern tradisional gitu.”
Pernyataan di atas dilontarkan oleh Mbak Luthfia Fataty. Beliau adalah pemilik dari Pyo Jewelry, UMKM yang menjual perhiasan khas Sumatra Selatan. Dirinya sudah menjalankan bisnis ini dari tahun 2015. Berawal dari berjualan saat Car Free Day sepekan sekali di Palembang, sekarang perhiasan buatannya sudah melanglang buana hingga mancanegara.
Menurut Mbak Luthfi, sekarang UMKM kriya di Sumatera Selatan banyak yang memilih untuk berjualan tekstil. Di Palembang saja, telah ada ratusan pengrajin songket. “Ada sih, pengrajin perhiasan lama asli Palembang, tapi mereka berada di daerah pelosok Sumatra Selatan.” ujarnya, “Kalau di Palembang, saya kurang tahu”.
Kebanyakan para pengrajin perhiasan itu memproduksi untuk penganggon alias perlengkapan pengantin. Pyo Jewelry membuat perhiasan khas Palembang yang bisa digunakan untuk semua. Bukan cuma untuk pengantin saja. Padahal Sumatera Selatan memiliki banyak ragam perhiasan lama yang wajib diperkenalkan ke anak cucu. Misalnya kalung anak ayam, kalung tapak jajo, cincin kinjeng, dan lain sebagainya.
Pyo Jewelry ini tidak hanya mengharumkan nama perhiasan khas Palembang, sebagai kekayaan warisan budaya asli Indonesia. Akan tetapi juga memberikan sumbangsih terhadap lingkungan. Seperti apa?
Pyo Jewelry, UMKM perhiasan yang Ramah Lingkungan
Sehari-hari kita tidak bisa dipisahkan dari penggunaan logam. Di sekeliling kita, banyak benda yang tanpa kita sadari terbuat dari logam. Misalnya saja pagar rumah, setrika, dan sendok garpu yang biasa digunakan untuk makan. Padahal, logam salah satu komponen yang bisa mencemari tanah. Jika dibiarkan, dapat pula menjadi tumpukan sampah. Untuk itu, limbahnya mesti dikelola dengan baik.
Sebagai produsen perhiasan alami, Mbak Luthfia berusaha untuk membuat perhiasan yang ramah lingkungan. Dengan jalan memanfaatkan limbah tembaga dan kuningan sebagai bahan baku perhiasan. Sehingga usahanya ini bisa memperpanjang daya guna dari limbah logam tersebut. Mbak Luthfia juga berupaya untuk meminimalisir limbah pada proses produksinya.
Apa yang dilakukan oleh Mbak Luthfia ini sejalan dengan konsep Zero-Waste. Dipopulerkan oleh Bea Johnson, konsep Zero Waste yang memperkenalkan 6R; Reduce, Rethink, Reduce, Reuse, dan Rot. Lewat ide ini, kita berusaha untuk memaksimalkan kegunaan dari suatu sumber daya. Tujuannya untuk mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke lingkungan.
Perhiasan Pyo Jewelry berhiaskan mutiara dan batu-batuan berwarna yang cantik. Untuk memperolehnya, Mbak Luthfia berkerjasama dengan para UMKM asli Indonesia. Yang berasal dari NTB, Jawa dan Sumatra Selatan. Daerah yang memang terkenal sebagai penghasil mutiara dan batu-batuan alam terbaik.
Pengerjaan perhiasan Pyo Jewelry dilakukan secara buatan tangan. Istilahnya “One Piece, One Design“. Diolah satu per satu oleh pengrajin di halaman belakang rumah pribadi milik beliau. Kita bisa melihat proses pembuatan perhiasan alami ini secara langsung. Perhiasan Pyo Jewelry yang dibuat akan mengikuti bentuk mutiara atau bebatuan yang ada. Sehingga tiap produk memiliki desain dengan keunikan tersendiri.
Mbak Luthfia sengaja membeli bahan baku yang mudah didapat, seperti kuningan dan tembaga. “Tapi dilapis emas atau perak, untuk menambah nilai jual.” jelasnya. Tentunya harga yang dilapis emas lebih tinggi daripada perak. Selain itu, Pyo Jewelry juga menerima pesanan perhiasan berbahan emas dan perak murni. Sudah beberapa kali, Mbak Luthfia mendapatkan orderan perhiasan kuno Sumatra Selatan yang menggunakan emas murni.
Dalam memilih mutiara, Mbak Luthfia sengaja memilih yang kualitasnya rendah. Yang bentuknya kurang mulus dan tidak beraturan. “Biar nanti bisa kami percantik, ” katanya. Memang kalau di tangan orang kreatif, apapun bisa jadi cuan ya. Bagus sekali.
Lestarikan Perhiasan Kuno Palembang Untuk Generasi Mendatang
Lahir dan besar di Jawa, Mbak Luthfia malah jatuh cinta dengan budaya Palembang. Alhamdulillah, Mbak Luthfia mendapat dukungan penuh dari keluarga dan sang suami. Nama bisnisnya ini diambil dari nama panggilannya yang dimodifikasi sedikit. Fia jadi Pyo. Dari yang awalnya dirintis sendirian, kini Pyo Jewelry sudah memiliki total 18 orang karyawan.
Pyo Jewelry menjual perhiasan alami berdesain kontemporer dan perhiasan heritage dengan sentuhan modern. Pengrajinnya ada yang dari Blitar dan Palembang. Mereka semuanya anak-anak putus sekolah. Mbak Luthfia sendiri yang mengajari dan mendidik mereka. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi Mbak Luthfia.
Para pengrajin tampak sedang fokus membuat perhiasan.
Proses pengerjaan perhiasan Pyo Jewelry terbagi dalam beberapa tahap. Mulanya Mbak Luthfia mendesain sendiri perhiasannya dari nol. Dia menggambar sketsanya di atas selembar kertas. Lalu setelahnya ia pun dibantu oleh dua orang karyawan untuk merangkai perhiasannya. Bahan baku awalnya berbentuk lempengan. Lalu masuk proses desain, pemotongan, penyatuan, hingga pelapisan. Lama pembuatan perhiasan tergantung dari seberapa rumit bentuknya. Ada yang hanya beberapa hari jadi, ada pula yang memakan waktu mingguan.
Menurut Mbak Luthfia, pengerjaan perhiasan alami tidak bisa sembarangan. Apalagi untuk perhiasan kuno dengan sentuhan modern. Soalnya perhiasan zaman dulu terdapat pakem dan filosofi tersendiri. Untuk itu, sebelum mendesain dia mesti memahami sejarah dan fungsi perhiasan tersebut di masa lalu.
Beruntung Mbak Luthfia lulusan sastra yang konsentrasinya ke semiotik alias bahasa simbol. Jadi ibu tiga anak itu bisa melakukan pendalaman yang akhirnya tertuang ke dalam hasil desainnya. Oleh karenanya, Mbak Luthfia juga banyak membaca buku-buku sejarah perhiasan lama. “Mendesain ulang perhiasan lama itu seperti mengerjakan tesis atau skripsi, ” kelakarnya.
Mbak Luthfia mencontohkan filosofi yang terdapat pada perhiasan kalung anak ayam. Bagi masyarakat Palembang zaman dulu, kalung anak ayam bukanlah sekadar aksesori belaka. Jumlah anak ayamnya menjadi representasi status kekayaan seseorang. Umumnya yang banyak mengenakan kalung ini kaum bangsawan dan kerajaan.
Secara bentuk, kalung anak ayam memiliki detail yang banyak dan cukup rumit. Mendesain ulang kalung ini membutuhkan ketelitian dan keterampilan tersendiri. Belum lagi proses penggabungan dengan batu-batu alam khas Sumatera Selatan. Untuk itulah, Mbak Luthfia berusaha menyederhanakan desainnya. Namun hasil akhirnya tetap mirip dengan yang asli.
Jika dulunya perhiasan khas Palembang berbahan emas murni, perhiasan replika kalung anak ayam Pyo Jewelry ini terbuat dari tembaga yang berlapis emas. Desainnya dibuat tidak berat dan tidak tajam. Sehingga lebih nyaman dan aman digunakan. Harganya pun jauh lebih terjangkau dari perhiasan asli.
Kendalanya di Palembang, sangat sedikit sumber informasi mengenai perhiasan kuno ini. Di kota ini saja belum ada universitas yang membuka jurusan khusus seni budaya dan sastra Palembang. Tak seperti di kota-kota lain, terutama di Pulau Jawa. Oleh karena itu, Mbak Luthfia masih kesulitan untuk menggali lebih jauh tentang perhiasan asli Sumatra Selatan. Di masa depan, Mbak Luthfia berharap kepada pemerintah dan instansi terkait untuk memberikan perhatian serius. Supaya ragam perhiasan Palembang ini masih tetap dikenal oleh generasi masa depan.
Virus Corona jadi Sumber Inspirasi Pembuatan Perhiasan Alami
Melihat keindahan aneka perhiasan milik Pyo Jewelry, ternyata mbak Luthfia mendapatkan inspirasinya dari alam. Makanya kebanyakan bentuk perhiasan modernnya berupa bunga dan tanam-tanaman. Bahkan Mbak Luthfia juga banyak membuat perhiasan yang terinspirasi dari isu yang sedang populer.
“Misalnya pas musim Covid-19 dulu, saya mendesain bros yang bentuknya terinspirasi dari virus Corona.” cerita Mbak Luthfia seraya menunjukkan bros yang dimaksud. Tak dinyana, bros Corona ini laris manis. Ketika dibawa pameran ke luar negeri, orang sana banyak yang suka. Sampai sekarang, bros Corona ini menjadi perhiasan andalan milik Pyo Jewelry.
Perhiasan yang dijual Pyo Jewelry cukup lengkap. Ada kalung, giwang, gelang, cincin, dan lain-lain. Kita bisa melihat beragam perhiasan Pyo Jewelry yang unik dan menarik ini melalui sosial media. Saking menawan perhiasannya, sejumlah artis, tokoh publik dan pejabat terkenal pun tercatat memamerkan produk perhiasan dari Pyo Jewelry. Sebut saja penyanyi Salma Salsabila, Menteri Luar Negeri Ibu Retno Marsudi, para Puteri Indonesia, dan banyak lagi loh..
Produk perhiasan Pyo Jewelry sudah melanglang buana hingga mancanegara. Pembelinya datang dari berbagai negara seperti Malaysia, Singapura, Kanada, Vietnam hingga Barcelona. Tak hanya di Palembang, Pyo Jewelry kini telah memiliki empat galeri yang tersebar di tiga kota lainnya yaitu di Jakarta, Bandung dan Bali. Harga perhiasannya dijual mulai dari harga ratusan ribu hingga jutaan rupiah.
Terpilih Sebagai Pemenang Lomba ASTRA, Ingin Berkontribusi Lebih Banyak Lagi
Berkat komitmennya selama ini, Mbak Luthfia tak menyangka dirinya terpilih sebagai pemenang Satu Indonesia Award 2023 tingkat wilayah Sumatera Selatan. Lomba tersebut diselenggarakan oleh PT. Astra Internasional untuk mengkurasi anak bangsa yang telah bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungannya. Awalnya ia tidak berekspektasi banyak. Namun dirinya mengaku senang bisa terpilih, meskipun bukan tingkat nasional.
“Artinya sudah tahu nih, kalau usaha kita sudah berhasil menang sampai tingkat wilayah, ” aku Mbak Luthfia bangga. Dari ajang Satu Indonesia Award ini, Pyo Jewelry menerima uang tunai sebesar lima juta rupiah. Dengan uang itu, Mbak Luthfia membelikan alat untuk kemajuan usaha Pyo Jewelry. “Dibelikan alat print untuk label harga, ” ujarnya senang.
Mbak Luthfia berharap agar bisnisnya ini bisa semakin bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan. Sehingga di masa depan, bisnisnya ini makin dikenal dan berkembang pesat. Supaya bisa diterima oleh anak-anak muda. Khususnya generasi Z makin banyak mau menggunakan produk-produk bikinan anak negeri.
Upaya ini telah ia rintis dengan aktif memberikan pelatihan bersama ibu-ibu PKK. Kedepannya ia ingin berbagi kepada lebih banyak generasi muda, supaya bisa lebih berdampal sosial bagi masyarakat sekitar. “Biar makin banyak Pyo-Pyo kecil lainnya,” kata Mbak Luthfia bersemangat.
Dia juga ingin ada banyak pihak lain yang bisa membersamainya dalam membangun UMKM ramah lingkungan. Misalnya saja dalam bentuk business matching, alias perjodohan bisnis dengan calon pembeli potensial. Dengan kolaborasi yang berkelanjutan seperti ini, maka cita-cita mulia untuk perubahan lingkungan ke arah yang lebih baik dapat tercapai.
Pyo Jewelry membuktikan bahwa asa sekecil apapun, jika kita konsisten membaktikan diri pada lingkungan dan masyarakat sekitar, akan ada ganjarannya. Membangun bisnis ramah lingkungan yang sekaligus mengangkat budaya daerah, tidaklah mudah. Namun usahanya Mbak Luthfia lewat Pyo Jewelry kini telah membuahkan hasil. Mendunia sembari berkontribusi bagi lingkungan, lewat produk perhiasan asli Palembang.
ALL PICTURES AND INFOGRAPHICS ARE MADE WITH CANVA FREE.
Sumber Artikel :
Wawancara langsung dengan Mbak Luthfia Fataty.
“Pyo Jewelry Perhiasan Eksklusif Nihil Limbah.” https://media.ikraindonesia.com/blog-updates/article/pyo-jewelry-perhiasan-eksklusif-nihil-limbah. Diakses pada 15 September 2024.
“What is. Zero. Waste”. https://zerowaste.id/knowledge/what-is-zero–waste–anyway/. Diakses pada. 15 September 2024.
Sumber Gambar :
Karya Kreatif Indonesia. https://www.karyakreatifindonesia.co.id/umkm/pyo-jewelry
Instagram @Pyo_Jewelry
Koleksi Pyo Jewelry keren-keren. Turut bangga dengan adanya Pyo Jewelry yg melestarikan perhiasan dari Palembang sebagai peninggalan budaya nenek moyang. Dan juga berkontribusi mengembangkan UMKM di daerahnya. Semoga makin sukses usahanya Pyo Jewelry.
Keren mbak Luthfia ini ya. Bisa membuat perhiasan khas Palembang yang ramah lingkungan, bahan bakunya di dapat dari bahan daur ulang. Inovatif dan kreativitasnya patut ditiru.