Setelah tertunda pandemi selama tiga tahun, akhirnya tahun ini Molzania dan keluarga dapat menunaikan haji. Pengalaman haji reguler tahun 2023 untuk pertama kalinya luar biasa dirasakan.
Rasanya masih tidak percaya bisa menginjakkan kaki di tanah suci. Sungguh mendebarkan sehingga masih terkenang-kenang hingga sekarang.
Menjadi tamu Allah memang serasa dimanjakan ketika tiba di sana. Seolah-olah Allah swt begitu dekat dengan kami semua. Di bawah ini sedikit cerita tentang pengalaman haji reguler Molzania.
Pengalaman Haji Disabilitas, Mendapat Keistimewaan
Sebagai ummat muslim, tak disangka bisa terpilih di usia yang masih terbilang muda. Kebanyakan jemaah calon haji lainnya berusia lansia.
Apalagi dalam keadaan disabilitas, ke sana menggunakan kursi roda. Susah untuk berjalan. Alhamdulillahnya lagi ke tanah suci bisa sekeluarga. Ayah, Mimi, Molzania dan adik laki-laki semata wayang.
Persiapannya penuh dengan drama dan air mata. Bagaimana tidak mimi harus mengumpulkan uang untuk memberangkatkan kami sekeluarga. Alhamdulillah Allah cukupkan dan mampukan.
Tak hanya biaya haji, tetapi juga biaya-biaya lainnya yang tentu tidak sedikit. Kesiapan mental dan fisik tak kalah penting. Semuanya harus dipersiapkan dengan paripurna.
Persiapan Haji Disabilitas Tidak Mudah
Sebagai disabilitas, Molzania dituntut untuk tidak menyusahkan orang. Meskipun kadang membutuhkan bantuan, tetapi diusahakan untuk tetap mandiri dan bisa sendiri.
Diri ini sempat dilanda overthinking parah. Malam-malam kadang sampai tidak bisa tidur nyenyak. Dihantui oleh perasaan bagaimana ya pas di sana? Apa orang-orangnya baik?
Meskipun demikian, Molzania selalu ingat sama tujuan pergi haji. Yaitu melakukan ibadah sebaik mungkin dan menjadi haji mabrur.
Impian Molzania melihat ka’bah dan berdoa di sana. Sejak kecil, Molzania ingin sekali bisa berdoa depan Ka’bah. Soalnya doa-doa yang dipanjatkan di sana akan makbul.
Molzania banyak bertanya pengalaman haji pada orang lain. Tentang fasilitas untuk disabilitas. Lokasi toilet dan banyak lagi. Itu cukup membantu memberikan gambaran tentang Makkah.
Mimpi Berada di Hotel Makkah
Percaya tidak percaya, tetapi beberapa tahun lalu, Molzania pernah bermimpi. Di alam mimpi Molzania tengah dalam perjalanan pulang dari Masjidilharam ke hotel. Suasananya pada malam hari.
Mimpi itu selalu teringat hingga sekarang. Sepanjang jalan, Molzania melihat bangunan-bangunan tinggi. Menyerupai hotel-hotel.
Kemudian Molzania masuk ke hotel. Tetapi anehnya suasana hotelnya tidak modern. Seperti hotel jadul ala 80an. Mirip hotel yang ada di film Mr. Bean. Di sana Molzania sempat membeli es krim.
Ternyata adegan yang ada di alam mimpi tersebut, semuanya Molzania jalani saat berhaji. Hotel yang kami tempati, memang bernuansa jadul. Persis seperti di alam mimpi.
Bangunan-bangunan tinggi yang Molzania lihat di alam mimpi, persis menyerupai hotel-hotel di sekitar Masjidilharam pada malam hari.
Hal yang lebih aneh lagi, pas pertama kali ke Masjidilharam itu pada tengah malam. Sekitar jam 10 malam. Lalu melakukan tawwaf dan sa’i qudum. Pulangnya jam 2 pagi. Masha Allah!
Di Makkah, Molzania tidak membeli es krim. Tapi belinya pas di Madinah. Enak sekali! Rasanya beda dengan es krim yang ada di Indonesia.
Menginjakkan Kaki ke Arab Saudi
Dream comes true. Mungkin inilah kata-kata yang tepat untuk gambaran hati Molzania saat itu. Malam sebelum keberangkatan, sempat tidak bisa tidur nyenyak.
Pas masuk pesawat, tambah deg-degan. Menginjakkan kaki untuk pertama kali di pesawat luar negeri. Perjalanan dua belas jam terasa lama sekali. Soalnya ingin cepat-cepat lihat Ka’bah.
Di pesawat, akhirnya Bahasa Inggris Molzania bisa terpakai. Soalnya bisa kenalan sama pramugari, pilot, dan pramugara yang ramah. Mereka baik banget dan melayani sepenuh hati.
Sumpah! Deg-degan rasanya mengobrol sama bule. Mana mereka cantik dan ganteng lagi. Molzania sempat jadi translator untuk JCH lain yang membutuhkan bantuan.
Dua belas jam perjalanan yang lamaa sekali rasanya. Akhirnya sampai di Arab Saudi. Pergi ke negara orang untuk pertama kalinya. Semoga suatu saat nanti bisa keliling dunia.
Begitu turun, disambut dengan begitu meriah oleh petugas haji. Sempat kenalan sama petugas PPIH yang asalnya dari Palembang.
Ternyata apa yang ditakutkan Molzania tidak terjadi. Di sini, Molzania banyak bertemu orang baik. Bahkan mereka ramah banget mau tersenyum dan menegur Molzania.
Pertama Kali Lihat Masjidilharam
Jam 1 siang kami tiba di hotel Mekkah. Pukul 10 malam kami mesti siap-siap tawaf qudum. Pertama kalinya ke Masjidilharam. Pertama kalinya melihat Baitullah.
Jam 9 malam sudah berkumpul di lobby hotel. Meskipun mata rasanya udah mengantuk sekali. Hampir-hampir tertidur di kursi roda.
Tidak semudah itu ternyata. Kami mesti menunggu bus carteran dulu dari KBIH. Tidak diperkenankan naik bus solawat.
Kaki udah tegang dan kaku semua. Hingga tidak bisa lurus lagi. Sampai susah naik tangga dan mesti dibopong ayah. Naik tangga bus adalah saat-saat yang paling bikin kaki sakit.
Harus gimana lagi. Bus adalah transportasi gratis satu-satunya di Makkah. Naik taksi luar biasa mahalnya. Kami totalnya berempat.
Perjalanan ke Masjidilharam berlangsung 10 menit. Jarak hotel kami sekitar 5-6 km ke Masjidilharam. Beberapa menit kemudian, dari jendela terlihat megahnya Masjidilharam.
Luas banget, banget, banget. Saking luasnya Molzania sampai berdecak kagum. Masjidilharam tetap mentereng di tengah malam. Bangunannya megah dari kejauhan, meski pembangunannya juga masih berlangsung.
Anehnya di luar terasa panas dan kering. Khas udara gurun pasir. Tetapi begitu masuk di halaman masjid, suasananya adem. Bahkan ada angin sepii-sepoi.
Pengalaman Pertama Kali Lihat Ka’bah
Mata yang tadinya mengantuk, mendadak melek memasuki Masjidilharam. Molzania bersama ibu Nurhayati, jemaah lansia yang didorong oleh suaminya.
Ayah mencoba melalui jalan tikus. Kami diam-diam mengikuti pendorong kursi roda berbayar. Meski sempat ketahuan oleh askar dan dimarahin, ternyata kami bisa melaluinya.
Jalan tikus itu langsung membawa kami ke jalur sa’i. Jalannya tak kalah luas. Meski sempat kesasar, tetapi akhirnya kami sampai juga ke area tawaf di lantai dua. Khusus untuk kursi roda.
Disitulah pertama kalinya Molzania melihat Baitullah. Jangan ditanya bagaimana perasaannya. Luar biasa sekali! Sampai mewek sendiri dan nangis kejer.
Akhirnya Molzania bisa bertemu rumah Allah yang selalu disebut setiap kali niat shalat. Kiblatnya ummat muslim. Beribu-ribu jarak ditempuh, beribu cobaan yang harus dijalani untuk bisa ke sini.
Ya Allah, terima kasih sudah membawa Molzania ke sini. Semoga pengalaman ini bukan yang terakhir kalinya. Izinkan untuk lebih sering ke sini bertemu dengan Ka’bah.
Pengalaman Haji Disabilitas 2023 Akan Dibukukan
Ini bentuk nazar Molzania pada diri sendiri. Mudah-mudahan tulisannya bisa segera digarap. Insya Allah, semua pengalaman Molzania pergi haji ke tanah suci mau dibukukan.
Mudah-mudahan tahun depan bisa selesai bukunya. Yang penting mulai nulis aja dulu. Soal terbitnya mau gimana, urusan belakangan.
Inginnya buku Molzania nanti bisa jadi referensi bagi disabilitas lainnya yang juga ingin pergi haji dan umroh. Sebagai motivasi untuk mereka.
Semoga ada penerbit major yang ingin menerbitkan buku pengalaman haji 2023 Molzania nanti. Aamiin.. Sekarang mah nulis aja dulu. 🙂
Masya Allah Tabarakallah…semoga lancar mbaa proses menulis buku nya..bisa segera terbit bisa jadi panduan juga nantinya ????
aamiin, mohon doanya mbaa